Mengenai Saya

Foto saya
Tahun 2010 bersamaan dengan bermulanya cerita baru, setidaknya itulah yang terjadi pada aku. Tahun 2010 banyak membawa hal baru, Begitu heboh sampai aku sendiri takjub, jub…jub…. Anehnya lagi, untuk 2010 ini aku tidak membuat resolusi apa-apa. Just flow like water… pokoknya ada yang berubah deh. Namun di tengah semua kejadian itu, aku ternyata banyak belajar. Belajar untuk ‘melihat lebih’, ‘mendengar lebih’ dan ‘berbicara kurang’. Entah sampai kapan aku akan berdiam sebagai ‘pengamat’. Atas lembar hariku yang setiap hari berganti… Just flow like water, mungkin aku coba dengan ‘mode’ ini dulu deh, siapa tahu memang membawa pembaharuan.

Minggu, 19 Februari 2012

Aku BOHONG, Kau PEMBOHONG (Surat terakhir untuk kau renungi )

Ternyata aku lebih nyaman sendiri ...tulismu pada sebuah pesan singkat yang kuterima seperti kertas kumal di meja kamarku. Hanya beberapa kata. Tanpa nama, tanpa tanda tangan. Tetapi pesan singkat itu adalah tulisanmu. Aku mengenalmu jauh lebih dari kau mengenal dirimu sendiri.
Andai saja kau ada di kamarku ketika kubaca SMSmu, pasti kau tak bisa melukiskan kekecewaanku yang mendalam. Jiwaku terasa menggelepar. Ruhku terasa mendesak keluar. Perih. Sungguh perih. Kata-kata yang mampu menerobos jantungku hingga aku bungkam dan denyut nadi mati terasa. Kau sungguh pintar merobek hatiku.
Yang tak habis kupikir adalah kenapa kau hanya meninggalkan beberapa kata dalam SMS. Kenapa tidak kau tulis puluhan, ratusan, atau ribuan kata di SMSmu itu agar aku tak kesakitan seperti ini. Kau tahu,SMS itu selalu terngiang di telingaku. Mungkin jika kau tulis panjang surat, tak ada kata-kata yang terngiang di telingaku karena terlalu banyak kata yang mesti kuingat. Sungguh, kau tikam jiwaku melalui SMS itu. Sakit sekali. Kau sama sekali tak menghargaiku. Bahkan untuk sekedar mendengar suaramu terakhir kalinya,mungkin kau menganggapku seperti kertas kumal yang dengan mudah disobek dan diremas lalu dibuang ke bak sampah.
Kuakui salahku yang pernah membohongimu lalu terus saja kau katakan aku pembohong tapi kali ini akan kupinjami kau kaca ingatkah apa yang pernah kau katakan kau bilang akan menerimaku apa adanya,siapapun dan bagaimanapun aku tak kan kau tinggalkan aku lalu berjanji tak kan pernah berbeda tapi nyatanya kau bisu,diam senyap tak ada penjelasan hanya mematung dalam duniamu sendiri lalu kini tiba2 kau bilang lebih nyaman dengan kesendirian tak nyaman dengan hadirku yang jelas2 pernah kau katakan hanya ingin bersamaku karena denganku kau rasa bahagia
Tidakkah kau sadari itu? (Kau BOHONG...PEMBOHONG!!!) Dan aku pernah BERBOHONG
Sesungguhnya kalau kau mau sedikit berpikir jauh dan positif tentunya.
Jika aku salah, maafkan aku. Perpisahan bukan satu-satunya solusi untuk hubungan kita. Kumohon kembalilah padaku. Mari kita perbaiki kancing yang salah terpasang. Kesalahan adalah untuk kita mengetahui apa yang benar. Tidak ada salah kalau tidak ada sesuatu yang benar. Begitu pun sebaliknya.
Seharusnya kau mengerti itu. Tapi kau tak mau mengerti. Kau selalu mengeluh dengan watakku yang jauh berbeda denganmu yang (kau anggap) manusia paling mampu menjaga lisan sehingga apa yg kau katakan selalu tepat dengan kenyataan (MUNGKIN) Aku coba untuk tolerir dan menghargai terhadap apa yang kau lakukan. Walaupun kau tak bisa menolerir apa yang kulakukan.
Kadang kuubah diriku menjadi periang, tapi aku memolesi jiwaku dengan semen pendirian yang tak bisa kau ubah. Tidakkah kau sadar aku tak pernah memolesi jiwamu. Aku terima kamu apa adanya. Hanya satu kuharapkan darimu kelak adalah kau menghargai penyesalanku saat itu, karena satu kesalahan bukanlah benih perpecahan atau suatu ketidakcocokan melainkan saling membenahi. SALING MELENGKAPI! Kau harus camkan kalimat itu di dalam hatimu. Tetapi kau tak bisa. Dan kau pergi tanpa bicara.

Aku ingat setelah pertemuan itu , kau selalu menjauh. Kadang kau membuang muka, berlari, bersembunyi, atau menyibukan diri sendiri. Segala cara kau lakukan agar kau bisa menghindar dariku. Sungguh, seolah aku bagai aib di matamu. Sesungguhnya aku hanya mau bicara baik-baik denganmu. Aku hanya minta penjelasanmu kenapa kau pergi. Itu saja.
Kau mengerti? Perbedaan itu tidak disatukan, tetapi dipisah-pisahkah. Dikotak-kotakkan atau diberi sekat agar tidak merusak yang lainnya atau mengganggu yang lain. Tidakkau kau lihat pelangi. Warna itu sesungguhnya tidaklah bersatu tetapi terpisah dan alangkah indahnya warna yang terpisah itu. Bisakah kau bayangkan jika warna itu bersatu dan terpajang di langit biru. Akan menjadi layar buruk tentunya bukan? Maka aku pun pergi. Kita tak bisa bersatu
Ya, kita memang tak pernah bisa bersatu lagi Padahal aku tidak pernah mencoba menyatukan jiwaku pada jiwamu.�
Sungguh aneh jalan pikiranmu, katamu.Aku tak punya salah sedikitpun padamu. Kau bergulat sendiri dengan pemikiranmu dan menetapkan sendiri pula kebenarannya, tanpa menelusuri kembali kebenaran yang kau dapat. Kau terlalu yakin pada pemikiranmu yang belum tentu benar itu kau hanya berfikir aku pernah membohongimu. Padahal kau pernah mengatakan, bahwa kesalahan tidak kan ada jika tidak ada kebenaran.
Apakah kau tidak sadar, bahwa kita sudah terikat dalam satu tali ikatan, bukankan itu sudah menyatu? Kita berada dalam satu ruangan, bukankah itu sudah menyatu? Kita pernah bersetubuh bukankah itu berarti dua tubuh sudah menyatu.
Tapi itu hanya dari luarnya saja, tidak di dalam ini, jiwa ini, dan itu tak pernah bisa bersatu. Memang Jiwamu, jiwaku, jiwa manusia sebenarnya adalah satu. Hanya karena berada dalam diri manusia yang berbeda, maka jiwa pun berbeda.
Begitulah kau, Kau terlalu yakin dengan pergumulan nafsumu sendiri dan tak mau mencoba memahami sakitnya hati ini.
Sungguh, aku tak bisa dan tak akan pernah bisa mengerti dirimu. Aku pergi!Baik, aku mengalah jika itu sudah keputusanmu. Tapi tolong jelaskan padaku, kenapa kau hanya menulisnya lewat pesan singkat itu.
Aku juga mempertimbangkannya dengan teliti bagaimana aku harus mengatakan bahwa aku tak bisa hidup lagi denganmu. Jika kukatakan langsung, maka aku kalah dengan pemikiranmu yang membingungkan itu. Lalu kupikir menulis saja. Tapi ketika aku mulai menulis, aku berpikir tentang dirimu. Jika kutulis surat ini panjang lebar, maka kau tak bisa mempercayainya. Kau akan membacanya berulang-ulang untuk meyakinkan dirimu, dan kau akan menyimpannya dalam tumpukan ingatanmu menjadi kenang-kenanganmu. Oleh karena itu, aku pun menulis pesan singkat untukmu berkata aku masih sayang dan kau tetap kukenang walau kali ini kau sakiti aku dan kau bunuh asaku agar setelah kau membacanya kau bisa menghapusnya dan membuangnya kau pun tak perlu menyimpannya. Karena pesan singkat itu juga pertanda jiwamu yang sudah lusuh.. kalau sudah melebihi titik ekstrim, ternyata kau menjadi sangat tidak menyenangkan. Aku tahu kau sendiri kadang tak bisa memahami apa yang telah kau ucapkan bahkan kau lupa dengan kata-katamu sendiri.
Ya, akhirnya kita benar-benar berpisah dan aku dengan setengah hati melepaskanmu. Kita tak bisa bersama lagi. Kubiarkan kau mencari pasangan lain yang sesuai hatimu,yang tak pernah berbohong,yang cantik dan tidak gendut seperti badanku, yang sama dengan watakmu, yang cocok denganmu. Seandainya takdir mempertemukan jodoh sesuai kriteriamu, maka sebelum terlambat kukatakan padamu bahwa kau akan melewati hari-harimu dengan kejemuan. Tidak ada sesuatu yang berbeda dari kalian untuk saling dilengkapi. Semuanya serba sama. Andai saja kau bisa mengerti, bahwa yang kita butuhkan, juga dunia ini bukanlah persamaan tetapi kebersamaan dan di dalam kebersamaan itu tentunya banyak perbedaan dan kesalahan. Tak ada manusia yang sempurna bukan :)
semoga kau bisa merenungi surat terakhirku ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar